Thursday, 27 May 2010

R&R di dalam Perjalanan



بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud:

“Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar tawakkal, nescaya Allah akan memberikan kepada kamu rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung. Berpaginya(burung) dalam keadaan lapar dan pada petangnya pulang dalam kekenyangan”
Hadis Riwayat Imam Tirmizi R.A: Hadis Hasan Sahih



Sudah lebih 27 tahun, ummi sering berulang alik dari Johor Bahru ke Parit Buntar,Perak. Perjalanan yang jauh dan memenatkan, namun kerana rindu dan kasih kepada ibu bapa, maka  kepenatan dan keletihan itu menjadi imun dan  lumrah setiap kali balik ke kampung untuk menemui mereka.

Letih dan penat itu masih tidak setanding bila mengingatkan betapa susah payahnya mereka membesarkan ummi dan adik-adik. Bila kenangkan perasaan mereka yang pasti rindukan anak-anak dan cucu, maka keinginan untk balik kampung menziarahi  mereka pasti segar. Ibu bapa mana yang tidak rindu pada anak-anaknya. Tambahan pula semasa dalam perjalanan banyak tempat rehat boleh singgah untuk bersolat atau melepaskan hajat.

Sekarang ini dah ada lebuh raya untuk memendekkan masa perjalanan walaupun kosnya tinggi, ada tempat yang di kenali sebagai R & R , Rehat dan Rawat, ada Hentian Rehat bagi berhenti seketika ketika memandu di lebuh raya.

Setiap pengguna lebuh raya datang dan pergi, apabila ada hajat dan keperluan mereka akan singgah di R&R, jika tiada keperluan apa-apa mereka melewati begitu saja.Perjalanan tetap diteruskan menuju ke destinasi.

Begitu juga perumpamaan hidup ini. Dunia ini ibarat sebuah R&R sahaja. Bukan boleh dijadikan tempat untuk bermukim atau bermastautin. Kalau ada yang cuba-cuba untuk menjadikan R&R sebagai tempat bermastuatin, pasti akan dihalau keluar oleh PLUS walaupun asalnya tanah sebelum pembinaan R&R itu adalah tanah pusaka milik dirinya.

Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.

Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Hadiid: 20)

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).

Katakanlah, ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikurniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 14-15)

Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai perumpamaan “tempat yang sempit, peperangan dan kotor." Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.

“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? ( al-Mu'minuun: 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mempedulikan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.(al-Baqarah: 86)

“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus: 7-8)

Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menTuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (an-Naazi'aat: 37-39)

Semoga kita berusaha membina impian dan wawasan dan menyegarkan ingatan kita kembali, tentang pentingnya mempersiapkan bekal untuk perjalanan hidup yang selanjutnya...



Aku hidup dalam kenangan,
Imbauan rindu sering bertandang ,
Sumber kekuatan di akan datang.



No comments:

Post a Comment