Sabar.
Allah s.w.t. berfirman, maksudnya:
“Allah sentiasa Mencintai orang-orang yang sabar” (surah Ali Imran, ayat 146),
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (surah al-Baqarah, ayat 153) dan
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah sahaja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira” (surah az-Zumar, ayat 10).
Seterusnya Allah juga berfirman: “Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar; (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.’ Mereka itu ialah orang-orang yang menerima selawat dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya.” (surah al-Baqarah, ayat 155-157).
Pengurniaan tiga perkara, iaitu selawat, rahmat dan petunjuk secara serentak menyebabkan orang-orang shalih dari generasi awal umat Islam ternanti-nanti dan merasa terhibur apabila mereka menerima sesuatu yang memerlukan kesabaran. Mereka berkata: “Kenapa aku tidak bersabar padahal Allah telah berjanji akan memberikan tiga perkara kepadaku dan salah satu dari tiga perkara itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya?”
Akhir sekali orang yang bersabar akan dimasukkan ke syurga dan di dalamnya: “Malaikat-malaikat pula akan masuk kepada mereka dari tiap-tiap pintu; (memberi hormat dengan berkata): ‘Selamat sejahteralah kamu, disebabkan kesabaran kamu. Maka amatlah baiknya balasan amal kamu di dunia dahulu.” (surah al-Ra’d, ayat 23-24)
Maksud Sabar dan Jenis-Jenisnya.
Sebegitu besar keutamaan bagi orang yang memiliki sifat sabar, sudah tentu kita tertanya-tanya apakah maksud sabar. Mudahnya, sabar dari sudut bahasa bermaksud menahan. Ada pun dari sudut istilah, sabar bermaksud kekuatan jiwa untuk menahan dari berakhlak buruk apabila munculnya sesuatu.
Sabar memiliki beberapa jenis. Jenis pertama adalah dari sudut perintah larangan agama. Kita dituntut untuk sabar dalam melaksanakan perintah agama seperti menuntut ilmu, berbuat baik kepada ibubapa, mendirikan solat, mengerjakan puasa dan sebagainya. Orang yang sabar tidak akan mengeluh apabila dituntut melaksanakan perintah agama. Sabar juga dituntut dalam rangka menjauhi larangan agama seperti mengharapkan pertolongan dari tangkal, mendekati ilmu sihir, mengambil harta yang bukan haknya, berzina, mencuri, berdusta dan seterusnya. Seorang penyabar akan menjauhi semua itu tanpa dalih yang pelbagai.
Jenis kedua adalah dari sudut suka dan duka. Kita hendaklah sabar dalam menerima sesuatu yang disukainya, baik ia merupakan kecemerlangan dalam pelajaran, kejayaan dalam kerjaya, kelebihan rezeki atau kebahagiaan hidup. Kesabaran akan mengarah kepada sifat bersyukur dan ingin berkongsi dengan orang lain apa yang Allah kurniakan, sebagaimana firman Allah: “Dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu.” (surah al-Qasas, ayat 77)
Agaknya yang paling sukar ialah sabar dalam menerima sesuatu yang mendukacitakan, baik ia merupakan kematian orang yang disayangi, penyakit, kehilangan harta benda atau kesukaran dalam kehidupan. Kesabaran amat penting agar sifat tabah, mencari penyelesaian dan menenangkan diri dapat dilakukan tanpa keluhan, rungutan, teriakan dan apa-apa lain yang sinonim dengan akhlak yang buruk.
Tidak termasuk dalam maksud dan jenis sabar ialah orang yang mendiamkan diri apabila dia melihat agama, manusia dan dirinya dizalimi. Sifat diam seperti ini lebih tepat disebut sebagai dayus dan bukannya kesabaran. Kesabaran adalah tetap bertindak menentang kezaliman, hanya tindakan itu dilakukan dengan akhlak yang mulia.
Meraih Sifat Sabar.
Di antara surah al-Qur’an yang terawal diturunkan kepada Rasulullah s.a.w. ialah surah al-Muddathir dan ayat yang ketujuh surah itu berbunyi: “Dan bagi Tuhanmu, maka hendaklah engkau bersabar.” Ini menunjukkan bahawa sifat sabar adalah antara yang terawal dan terpenting yang dituntut oleh Islam ke atas kita.
Akan tetapi sabar bukanlah satu sifat yang dapat bermastautin secara tetap dalam diri seseorang. Ia adalah sifat yang boleh wujud dan hilang, boleh tinggi dan rendah, boleh berlaku kepada sebahagian jenis kesabaran dan tidak berlaku kepada sebahagian jenis yang lain.
Maka bagi meraih sifat sabar, seseorang hendaklah sentiasa prihatin akan keadaan dirinya dan sering menasihati dirinya untuk bersabar. Dihargai juga apabila ahli keluarga dan rakan-rakan saling menasihati untuk bersabar dengan mengingatkan kembali ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan keutamaan-keutamaan sabar. Tidak ketinggalan ialah memohon pertolongan Allah agar mengurniakan sifat sabar kepada diri kita kerana Allah jua telah berfirman: “Dan bersabarlah dan tiadalah kamu dapat bersabar melainkan dengan (pertolongan) Allah.” (surah al-Nahl 16:127).
Secara etimologi, sabar berarti menahan, seperti kata, “Qutila fulanun shobr”, artinya, “si Fulan terbunuh dalam keadaan ditahan”. Oleh karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45).
Menurut Ibnu Jarir, redaksi ayat itu memang memperingatkan Bani
Israel, namun yang dimaksud bukan mereka semata. Ayat ini meliputi mereka dan orang-orang selain mereka.
Ibnul-Mubarak berkata dengan sanadnya dari Said bin Jubeir, “Sabar ialah pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha Allah semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan gigih dengan menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali kesabaran.”
Dengan demikian, tidak ada orang yang boleh disebut sabar, jika sikapnya menolak atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak melunakkan di hati. Orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa pasrah pada Allah dalam situasi apa pun.
Jika ditimpa musibah, dia tidak akan hanyut atau meratapi musibah yang menimpanya. Sedangkan jika diberi kesenangan atau kenikmatan, dia tidak akan lupa diri dan kufur nikmat kepada Allah.
Ali bin Abi Thalib mengumpamakan keutamaan sabar bagi keimanan seseorang itu bagaikan tubuh, dan sabar adalah kepalanya. la mengatakan, “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.” (HR. Baihaqi).
Walaupun secara sanad, atsar ini dinilai lemah, namun secara makna bisa diterima. Hal itu dikarenakan ruang sabar yang luas dalam Islam. la meliputi sikap seorang hamba dalam menghadapi berbagai perintah dan larangan serta berbagai keadaan yang dialami manusia di dalam kehidupan, di saat senang maupun susah.
Al-Quran membahasakannya dengan istilah “sabar yang baik”,
Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS. Al-Ma’aarij [70]: 5).
Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk senantiasa berlatih sabar. Yakni, dengan komitmen sebagai seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah SWT; selalu berjalan sesuai dengan perintah-Nya.
Inilah yang disebut sabar ma’allah, tingkatan sabar yang paling tinggi dan paling sulit. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar (Al-Baqarah [2]: 153).
Sabar mempunyai tiga tingkatan. Sabar itu merangkumi sabar daripada perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah S.W.T., sabar atas sesuatu yang diwajibkan oleh Allah S.W.T., dan yang ketiga ialah sabar pada qada-qadar Allah. (taqdir)
Selain, sabar dan cekal, pasangannya ialah ikhlas. Ya, sabar dan ikhlas. Karena sebagai manusia kita harus selalu sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini. Begitu banyak permasalahan dalam hidup ini. Dari permasalahan yang muncul sebagai makhluk individu maupun permasalahan yang datang sebagai makhluk sosial.
Semua permasalahan harus kita hadapi dengan sabar dan ikhlas agar mudah diselesaikan dengan baik… karena biarpun kita sabar , cekal tetapi tidak ikhlas ,mana mungkin ada penyelesaiannya.Malah terasa semakin berat bila kita tidak sabar dan ikhlas…
Impianku menjadi isteri solehah,
selepas Allah dan RasulNYA,
cinta kasih sayangku adalah untuk zaujku.
Alhamdulillah. Jazakumullah khoiron katsira...Subhanallah atas article tentang sabar.. May I copy-paste so I could learn it further about being patient...:)
ReplyDeleteSilakan...boleh kongsi apa jua artikel dari laman ini.
ReplyDelete